Tugas Tuton 1: Bahasa Indonesia MKDU4110

  1. Utarakan sikap Anda tentang penggunaan bahasa Indonesia di media sosial seperti Twitter , Facebook , dan Instagram yang keluar dari kaidah bahasa Indonesia seperti penggunaan angka, tanda baca, bahasa alay, dan yang menyinggung SARA.

JAWABAN:

Pada hakikatnya bahasa adalah bunyi ujar atau lisan yang disepakati bersama oleh kelompok pengguna bahasa tersebut. Fenomena penggunaan bahasa Indonesia yang keluar dari kaidah bahasa di media sosial bisa semakin banyak bermunculan dan berkembang karena para pengguna bahasa tersebut, yang didominasi oleh kaum remaja dan muda-mudi, sepakat dan tidak merasa keberatan untuk menggunakan bahasa alay tersebut.

Menurut saya, hal ini membuktikan sifat bahasa bahwa bahasa itu dinamis dimana bahasa dapat berubah dan berkembang sesuai kehidupan komunitas pengguna bahasa. Selain itu, fenomena ini juga membuktikan sifat bahasa bahwa bahasa itu konvensional, yaitu dibentuk berdasarkan kesepakatan para penggunanya.

Jadi menurut saya, penggunaan bahasa-bahasa alay tersebut tidak masalah selama digunakan di dalam lingkup yang bersifat non-formal. Akan tetapi, fenomena ini akan menjadi masalah ketika digunakan dalam komunikasi formal karena hal tersebut dapat merusak kaidah berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

  1. Bunyi tiruan (onomatope) suara hewan berbeda di setiap negara. Tiruan suara anjing di Indonesia gonggongannya berbunyi “guk guk ‘di Jepang” wang wang’, dan juga di Korea “mang mang.” Menurut Anda apa penyebab perbedaan bunyi onomatope tersebut?

JAWABAN

Salah satu sifat bahasa adalah arbitrer. Arbitrer berarti tidak ada kaitan antara bunyi kata dengan benda yang dibahasai atau antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan. Sementara itu, onomatope adalah tiruan bunyi dari benda-benda yang dinamainya. Hal itu berarti onomatope memiliki kaitan antara lambang bahasa dan konsep berupa acuan bunyi.

Namun, onomatope di setiap negara berbeda-beda. Hal ini diakibatkan perbedaan interpretasi bunyi dari lambang bahasa. Orang Jepang menginterpretasikan tiruan bunyi anjing dengan “wang wang”, sementara di Indonesia dengan “guk guk”, karena masing-masing  negara punya interpretasi yang berbeda terhadap bunyi dari anjing. Hal ini berarti sifat arbitrer dari bahasa bukan hanya dari penamaan suatu benda, tetapi juga dari interpretasi bunyi benda tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *